EQ Part 1

Artikel kali ini sebenernya terinspirasi dari "insiden" yang gw alamin kemaren. Dimana ada seorang anak nanya "EQ itu apa sih?" dengan nyolot nya. Setelah gw pikir-pikir dengan kepala dingin dan reminiscence ke jaman dahulu kala ketika gw masih baru banget "maen" DAW dan ngerasain susahnya dapet sumber berbahasa Indonesia tentang EQ. Maka kali ini dengan semangat 45 gw akan mengangkat artikel tentang EQ.

Apa itu EQ?

Secara sederhana EQ (yang berasal dari kata Equalizer) adalah sebuah perangkat yang berguna untuk mengatur frekuensi. Dalam mixing umumnya engineer akan mengunakan EQ untuk hal-hal sebagai berikut:

  1. Untuk mengatur frekuensi dari suatu sumber (instrument, sample, etc) agar tidak saling berebutan tempat ketika di play berbarengan. 
  2. Untuk mengatur frekuensi secara keseluruhan dari tiap instrument yang sudah di mix.

Jenis-Jenis EQ

Sebenernya banyak jenis-jenis EQ, tapi kali ini saya cuma membahas 2 jenis yang sering kita temui di DAW yaitu:

Graphic EQ

(1) Graphic EQ yang terdapat di FL Studio (EQUO)
Eq ini memungkinkan kita untuk mengatur range frekuensi dalam skala besar. Disebut graphic EQ karena kita hanya bisa mengatur frekuensi yang telah disediakan.
akan yang pada akhirnya akan membentuk sebuah grafik. Cara kerjanya adalah kita tinggal menaikan (boost) atau menurunkan (cut) gain dari frekuensi-frekuensi yang mau kita atur. EQ ini hanya memiliki peak/dip curves dengan Q yang tetap (akan di bahas di bawah).

Parametriq EQ


 (2) ini adalah salah satu parametriq eq virtual yang terdapat di pro tools

EQ in memungkinkan kita untuk mengatur segala parameter yang ada di dalam nya baik frekuensi, Q/Bandwith, Gain, Filter. dll. parametriq EQ biasanya mempunyai 2 bentuk EQ curve yaitu Shelf Curve dan Peak/Dip/Bell curve dan juga mempunyai 4 macam filter yaitu High Pass Filter, Low Pass Filter, Band Pass Filter, Notch Filter (lagi-lagi akan dijelaskan dibawah).

Macam-macam EQ curves

Shelf Curve



Shelf curve merupakan kurva yang merubah level dari suatu rentang frekuensi menjadi sama besar terbatas sampai titik yang ditentukan (cut off point). Bingung ya? Begini jika kita menggunakan Shelf curve seperti yang dicontohkan pada gambar diatas maka rentang frekuensi yang ditunjukan pada zona merah dan biru akan memiliki kenaikan atau penurunan level yang sama sampe titik cut off.

Pada zona merah gw memasang shelf curve di 134 Hz dan mempunyai kenaikan level (boost) sebesar 11 dB. Maka semua frekuensi di rentang 20-100 Hz akan naik level (gain) nya sebesar 12 dB sementara frekuensi yang berada pada rentan 100-134 Hz akan semakin kecil nilai kenaikan nya.
Begitu juga dengan zona biru, jika gw memasang Shelf Curve di 3.05 khz dan mempunyai penurunan (cut) sebesar 12 dB. Maka semua frekuensi di rentang 5-20 kHz akan terpotong gain nya sebesar 12 dB sementara frekuensi sekitar 3.05-5 kHz akan semakin kecil nilai cut nya.

Peak/Dip/Bell Curve

Demi kemudahan dalam penulisan, maka mulai dari sini gw akan memakai Bell curve. :)

Bell curve adalah kurva yang merubah level dari suatu rentang frekuensi dari 0 menjadi maximum (boost/cut) di frekuensi tertentu dan kembali ke 0 lagi. Seperti yang dicontohkan pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa titik maksimum dari bell curve ini ada di frekuensi 180 Hz.



To Be Continued..
Sekian artikel EQ part 1, di EQ part 2 kita akan membahas tentang fitur-fitur EQ yang lain seperti filter dan juga beberapa informasi yang (semoga) berguna :)

See yaa..